Dampak Buruk Terlalu Memanjakan Anak 

Dampak Buruk Terlalu Memanjakan Anak 

Dampak Buruk Terlalu Memanjakan Anak  – Bunda dampak buruk terlalu memanjakan anak salah satunya membuat anak menjadi pribadi yang mudah menyerah setelah dewasa. Yuk cari tahu dampak buruk terlalu memanjakan anak selengkapnya di sini.

Bacaan Lainnya

Pernahkah Bunda mengalami sebuah kondisi di mana segala permintaan anak harus dituruti? Atau malah saat ini si kecil mulai menunjukkan tingkah laku tersebut?

Sering kali, mau tidak mau Bunda harus mengabulkan seluruh permintaan dan memanjakan setiap saat. Namun, apabila berlangsung dalam waktu yang lama, Bunda harus siap menghadapi konsekuensi atau dampak buruk memanjakan anak.

Apa saja dampak buruk yang bisa terjadi dan cenderung merugikan bagi kehidupan? Lalu, adakah penyebab lain yang juga memengaruhi dampak buruk tersebut?

Alasan Bunda Memanjakan Anak

  1. Perasaan Bersalah

Perasaan bersalah orang tua yang meninggalkan buah hatinya untuk bekerja seharian dan tidak bisa memberikan yang terbaik menyebabkan mereka bersikap lebih lembek kepada anaknya.

Hal ini disebabkan karena orang tua ingin membayar keterbatasan waktu yang mereka miliki bersama anak mereka. Dan akibat dari rasa bersalah ini banyak dari para orang tua ini yang memaklumi perilaku buruk anaknya dan menganggap hal ini terjadi karena anak jarang bertemu orang tuanya.

Padahal seharusnya tidak seperti itu, karena ini sama dengan kita semakin menyemai perilaku buruk mereka. Sebenarnya bagaimanapun kondisi dan seberapapun waktu yang kita miliki bersama mereka, kita tetap bisa memberikan yang terbaik dengan memberlakukan mereka secara benar.

Jadi janganlah hal ini dijadikan sebagai alasan. Walau punya sedikit waktu, lakukan hal hal yang berkualitas dengan buah hati Bunda. Lama lama si kecil pasti akan terbiasa.

  1. Perasaan tidak tega

Ketika si kecil menginginkan dan mengharapkan sesuatu untuk dikabulkan, tentu mereka mengomunikasikannya kepada Bunda.

Saat Bunda masih belum bisa memenuhi keinginannya, ada rasa tidak tega untuk menolak permintaan tersebut. Oleh sebab itu, bagi Bunda tidak ada salahnya untuk mengabulkan permintaan si kecil.

Lama kelamaan, timbul sikap manja yang ditunjukkan oleh anak di depan Bunda setiap saat. Menghadapi hal tersebut, Bunda tidak akan pernah tega membiarkannya sedih berlarut-larut.

  1. Menyerah dengan tingkah laku anak

Memanjakan anak sering kali ikut menumbuhkan sikap egois dan semaunya sendiri. Apabila tidak dituruti atau disayang oleh Bunda, bisa jadi ia berontak karena tidak terima.

Apakah setiap hari Bunda menemui situasi seperti ini? Semakin berontak, maka mau tidak mau Bunda harus menyerah dan terpaksa memanjakan seluruh keinginannya.

Tingkah laku tersebut juga membuat Bunda hanya bisa mengiyakan apa yang diucapkan, dipikirkan, serta diinginkan oleh si kecil. Lama-lama tumbuh perilaku memanjakan yang berlebihan.

  1. Bunda sendiri tidak konsisten

Bersikap tegas merupakan salah satu cara terbaik untuk menghindari memanjakan anak setiap harinya. Di awal, mungkin Bunda masih sanggup menggunakan sikap tegas untuk menolak keinginan anak yang berlebihan.

Namun, di lain hari Bunda merasa pasrah dan sedang tidak bersemangat untuk menghentikan keinginan si kecil. Sikap tidak konsisten ini akan menjadi alasan utama mengapa Bunda mudah memanjakan anak.

Tidak ada keinginan untuk konsisten dalam mengasah si kecil menjadi lebih baik hanya karena hambatan rasa bosan atau malas.

  1. Bunda tidak disiplin dan terlalu lembek

Adakah Bunda yang merasa karakternya terlalu lembek dan tidak bisa ditekan oleh anak-anak? Kondisi ini memicu perlakukan yang memanjakan dan cenderung mengabulkan seluruh permintaan anak-anak.

Tidak ada sikap disiplin dari Bunda juga memengaruhi tingkat kemanjaan seorang anak. Ia merasa bebas dan dibiarkan bertindak sesuka hati. Namun, bagaimana lagi? Setidaknya anak-anak tidak membebani Bunda apabila semua keinginannya dapat diatasi dengan baik.

  1. Bunda takut si kecil melakukan kesalahan

Karena tidak ingin si kecil terluka atau melakukan kesalahan, Bunda harus meladeni seluruh kegiatannya dalam pengawasan.

Sikap orang tua yang seperti ini mendorong rasa manja dari si kecil yang akan selalu menolak melakukan sesuatu dan hanya ingin Bunda saja yang mengatasinya. Apabila Bunda membiasakan kondisi tersebut, tidak heran kalau si kecil akan terus-terusan bersifat cengeng, keras kepala, dan takut menghadapi apapun.

Tipe Memanjakan Anak

Memanjakan anak secara berlebihan bukan hanya melulu tentang membelikan banyak barang atau menurutinya pergi berlibur kapan saja. Hal ini dapat berupa kebebasan yang berlebihan dan kesalahan dalam cara mendidik anak yang benar

Dilansir dari verywellfamily, ada 3 jenis perilaku yang bisa berujung pada dampak buruk memanjakan anak. Apa saja itu?

  1. Memberi terlalu banyak

Pemberian yang terlalu banyak, entah itu mainan, aktivitas, atau keinginan akan barang-barang elektronik bisa jadi berbahaya untuk anak-anak. Ia harus memiliki kesempatan untuk beristirahat dan hanya menyenangkan dirinya sendiri.

  1. Asuhan berlebihan

Orang tua yang berbuat terlalu banyak akan kegiatan maupun aktivitas perkembangan anak lainnya hanya akan mencegahnya mempelajari berbagai keterampilan. Padahal, beragam keterampilan tersebut akan mendorong si kecil meraih kemandirian.

Menangani seluruh pekerjaannya atau selalu membebaskannya dari kondisi yang seharusnya mengganggu akan menghambat perkembangannya menjadi lebih dewasa.

  1. Perlakuan yang lunak

Tidak memberikan kedisiplinan sejak dini atau batasan yang sehat hanya akan mencegahnya tumbuh lebih dewasa. Perlakuan ini biasanya mencakup beberapa hal krusial, antara lain menghindari pemberian tugas kepada anak atau menyerah setiap kali si kecil mengamuk.

Dampak Buruk Memanjakan Anak

Bunda sudah terlanjur memanjakan anak? Ada beberapa dampak buruk yang harus diketahui dan menjadi penyebab mengapa Bunda harus berhenti memanjakan anak sejak dini. Kondisi-kondisi di bawah ini hanya merugikan si kecil sendiri dan orang di sekitarnya.

  1. Tidak mampu mengontrol dirinya sendiri

Sekali saja permintaannya dikabulkan, si kecil semakin senang meminta lebih lagi kepada Bunda, Ayah, atau orang tua lain di sekitarnya.

Dampak buruk yang satu ini hanya membawa anak Bunda semakin impulsif ketika melakukan atau menginginkan sesuatu yang ditemuinya setiap hari.

Selain itu, kemampuannya dalam mengontrol emosi juga patut dipertanyakan, apabila nantinya Bunda benar-benar tidak berkesempatan untuk mengabulkan kebebasan si kecil. Ia cenderung lepas kontrol tanpa mau memahami apa yang terjadi di sekitarnya.

Baik Bunda maupun pihak lain akan merasa kesulitan untuk mengarahkan si kecil mengambil jalan pintas atau langkah yang lebih tepat.

  1. Susah mengatasi kekecewaan

Ada suatu saat di mana Bunda akan bersikap tegas dan membatasi kebutuhan si kecil untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun, kondisi tersebut akan terasa sulit apabila seorang anak memiliki kebebasan dan harus mendapatkan kesempatan untuk dijawab “Iya”. Ia harus selalu dipuaskan dan tidak boleh merasa sedih apabila keinginan tidak tercapai.

Pembiasaan seperti ini hanya membawa dampak buruk memanjakan anak dalam bentuk tidak adanya sikap lapang dada dalam menghadapi rasa kecewa. Padahal, ada alasan tertentu mengapa kehendaknya belum dikabulkan.

Sekali merasakan kekecewaan, tentu ia akan merasa sangat sedih, timbul emosi tidak menentu, dan tidak mampu menangani suasana hati tersebut.

  1. Tidak ada rasa tanggung jawab

Apakah Bunda sampai saat ini menangani seluruh pekerjaan si kecil dan membiarkannya bersantai atau bermain saja sepanjang hari?  Atau apakah anak gemar merusak mainan yang dibelikan dan tidak menjaganya dengan baik? Sebaiknya hindari mulai sekarang, ya Bun.

Kondisi ini hanya menyebabkan timbulnya rasa tidak ingin bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang seharusnya diselesaikan sendiri oleh si kecil.

Padahal, rasa tanggung jawab malah membantunya untuk bersikap lebih dewasa atau bahkan mampu menciptakan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar.

Mereka jadi kesulitan dan merasa malas ketika diberikan sebuah pekerjaan yang seharusnya mampu diselesaikan, bahkan dalam waktu cenderung singkat.

  1. Membentuk karakter yang egois

Memanjakan anak juga mudah menimbulkan dampak buruk berupa pembentukan karakter yang cenderung egois atau self centered.

Semua hal di sekitar harus berpusat pada dirinya sendiri dan tidak ada pikiran untuk memperhatikan yang lainnya. Ia tidak akan membiarkan orang lain mendapatkan sesuatu yang berharga lebih dulu dibandingkan dirinya sendiri.

Kehidupan yang lebih nyaman dan mudah sering kali tidak bisa membawa si kecil keluar dari zona nyaman. Kurang ada rasa memperhatikan lingkungan ketika sebuah kondisi menuntutnya untuk bersikap mampu menyesuaikan diri.

Tentu Bunda tidak setuju dengan karakter perkembangan anak yang seperti ini, bukan?

  1. Suka melawan orang tua

Si kecil yang sudah berani menghadapi orang tuanya sendiri patut dipertanyakan, apakah didikan orang tua selama ini sudah tepat dan mampu diaplikasikan dengan baik?

Anak yang selalu disayang dan dituruti keinginannya malah cenderung merasa bisa bersikap seenaknya ketika berkomunikasi dengan orang tua. Terutama ketika keinginan atau kebebasannya merasa dibatasi tanpa ada izin yang diberikan secara bebas.

Hal tersebut akan mendorong sang anak untuk menekan dan mendorong orang tua untuk mengabulkan seluruh keperluannya. Bahkan, anak mampu menentang nasihat orang tua dengan bahasa yang terkesan melawan, tidak terima, atau kurang hormat.

  1. Mudah menyerah ketika menghadapi sebuah tantangan

Sebuah tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Bunda sebagai orang tua tentu sudah sesuai dengan kapasitas si kecil saat itu.

Biasanya, anak mudah bersemangat untuk mencari tahu pemecahan masalah yang pas ketika berhadapan dengan tugas tersebut.

Berbeda dengan anak pada umumnya, si kecil yang sering dimanjakan cenderung merasa kesulitan beradaptasi dengan tugas dan tanggung jawab pemberian orang tuanya.

Sedikit saja pekerjaan tersebut mengalami kesahalan dalam prosesnya, ia akan melarikan diri dan menyerah begitu saja. Pekerjaan tergeletak sia-sia dan tidak diselesaikan hanya karena tidak berjalan sesuai keinginannya.

Sikap ini harus bisa hilang seiring bertumbuhnya si kecil menjadi orang dewasa. Ada banyak tantangan di dalam kehidupan yang harus mampu dilewati dengan semangat dan penuh akal dalam penyelesaiannya.

  1. Sering mengalami tantrum

Dilansir dari raisingchildren.net.au, tantrum merupakan sebuah bentuk ledakan frustasi atau kemarahan pada anak-anak melalui perilaku tidak teratur dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Hal ini bisa sering terjadi pada anak-anak yang mudah dimanjakan, terutama ketika keinginannya tidak terwujud atau tertunda sementara waktu. Tantrum ini dapat berupa tangisan, jeritan, tendangan, pukulan, sampai muntah-muntah dan sikap agresif lainnya.

Bunda harus berpkir dua kali apabila sudah memutuskan untuk memanjakan anak. Selain mampu menyakiti dirinya sendiri, anak juga berperan merugikan lingkungan serta orang-orang di sekitarnya melalui kejadian tantrum.

Jangan sampai tantrum mudah menyerang anak-anak dan menanamkan perilaku emosional yang terlalu berbahaya bagi setiap aspek di sekitarnya.

  1. Kurang kreatif dan inisiatif

Anak yang sudah terbiasa mendapatkan sekaligus menyelesaikan suatu pekerjaan dari orang tua akan mengeksplorasi berbagai kemungkinan penyelesaiannya.

Sedangkan, sang anak yang cenderung manja dan sangat suka kalau pekerjaannya diselesaikan oleh orang lain malah kurang mampu menerapkan kreativitas sekaligus inisiatif dalam penyelesaian tugas.

Mereka susah bersikap dinamis dalam menyesuaikan diri dengan alur pekerjaan. Padahal, tugas tersebut masih bisa dimodifikasi supaya lebih mudah dan cepat diatasi.

Selain itu, ketika peluang cara yang lebih cepat ada di depan mata, anak yang manja susah menangkap maksud tersebut dan tidak berinisiatif untuk mencoba mempraktikkannya.

  1. Pengaturan waktu yang berantakan

Dampak buruk yang satu ini bisa terjadi ketika Bunda memutuskan untuk bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh sang anak.

Entah itu mencuci piring, membersihkan tempat tidur, atau membereskan, mereka hanya mengulur-ulur waktu tanpa ada kejelasan pada tugas yang harus diselesaikan.

Ia akan cenderung bertindak dan bersikap semaunya sendiri dalam melakukan sebuah pekerjaan. Tidak ada niat pasti dan penanganan seadanya karena sudah ada Bunda yang mampu mengatasi masalahnya setiap hari.

Waktu yang sia-sia terbuang tidak membuat si kecil mempelajari sesuatu, melainkan memainkan waktu sesuka hati. Pekerjaan tidak benar-benar selesai secara maksimal.

  1. Kesulitan bersikap dewasa di masa depan

Lebih baik Bunda menghabiskan 12 tahun perkembangan anak dengan didikan yang bagus, dibandingkan kesusahan yang harus dirasakan anak akibat tidak mandiri dan mengutamakan rasa manja.

Tentu Bunda tidak mau melhat si kecil mengalami hal ini, bukan? Muncul masalah dan tantangan berkali-kali lipat apabila Bunda masih tetap bersikap lunak dalam mendampingi perrtumbuhannya.

Seluruh pilihan, keputusan, serta hidup yang ingin dijalani oleh anak Bunda ada di tangannya sendiri. Aspek-aspek kehidupan tersebut harus mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ego harus mampu dikalahkan untuk mencapai kedewasaan secara maksimal.

Memanjakan anak tentu mampu menimbulkan sejumlah dampak buruk bagi anak-anak dalam kehidupannya. Sebaiknya, Bunda mampu berpikir kritis dalam mendidik anak dengan menyesuaikan dengan karakteristik anak itu sendiri supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari. Terapkan dan tanamkan nilai-nilai positif yang harus ditiru oleh si kecil dalam masa tumbuh kembangnya.

Sekian artikel Akubisa tentang Dampak Buruk Terlalu Memanjakan Anak  Semoga bermanfaat.

Originally posted 2022-12-27 20:41:32.

Pos terkait