Apa Saja Tahap Tumbuh Kembang Balita Usia15 Bulan – Bukan hanya para jomlo, ibu-ibu yang memiliki balita juga rentan mengalami “kzl tingkat tinggi” karena pertanyaan iseng orang lain. Salah satu contohnya, ketika ada yang melontarkan pertanyaan retoris, “Lo, Dedek belum bisa jalan?”
Sebenarnya, saya ingin menjawab pertanyaan semacam ini dengan penjelasan yang panjang lebar dan ngabisin waktu. Tapi, terkadang saya nggak se-selo itu. Selain itu, yang nanya juga biasanya hanya sekadar nanya–ketika ketemu sebentar di sebuah acara, misalnya–sehingga ya udahlah, saya jawab saja dengan anggukan dan senyum ringan.
Ya, W memang masih belum bisa berjalan meskipun saat ini usianya telah 15 bulan. Riwayatnya panjang. Mulai dari keterlambatan untuk tengkurap, terapi, lalu belajar berdiri. Bahkan, ia belum bisa duduk sendiri (dari kondisi tidur).
Kalau dibilang khawatir, jelas dong. Orangtua mana yang nggak ingin tumbuh kembang anaknya lancar kayak lagi berkendara di jalan tol. Maunya sih, nggak ada halangan apa pun. Usia segini udah bisa segini, lalu segini udah bisa segini. Tenang rasanya hati ini hehehe.
Kenyataan berkata lain. Kami memang diharuskan untuk tabah mengajari W untuk mau dan berani berdiri, berjalan, bahkan duduk sendiri.
Namun, selain keterlambatan di bagian motorik, W mengalami perkembangan–yang saya anggap cukup pesat–di bagian lain. Berikut di antaranya:
- Ia sudah cukup lancar mengucapkan beberapa kosa kata. Mulai dari iya, udah, jatuh, topi, kereta, cicak, dan sebagainya. Meskipun pengucapannya belum sempurna, maknanya sudah lumayan bisa dimengerti.
- Ia bisa menirukan apa yang dilakukan orang di sekitarnya setelah beberapa kali diajarin atau beberapa kali melihat. Misalnya, ia meniru ayahnya yang melarang dengan mengatakan, “No, no, no!” sambil menggoyangkan telunjuk dan menggelengkan kepala.
- Ia merespons cepat kalau mendengar lagu. Misalnya, “Topi Saya Bundar”. Pada saat kata “topi” diucapkan, ia langsung memegang kepala. Saat mendengar musik, ia menggoyang-goyangkan badan.
- Ia mau bernyanyi atau tepatnya bersenandung mengikuti suara ibu meskipun nadanya tidak beraturan.
- Ia sudah bisa menyuapkan makanan ke mulut menggunakan sendok meskipun masih belepotan.
- Ia bisa melanjutkan aba-aba menghitung, “Satu, dua, ti…ga”
- Ia merespons dengan baik jika diminta untuk “Salim”. Ia langsung mengulurkan tangan dan refleks mencium tangan tersebut.
- Ia merespons dengan baik jika diminta untuk, “Sayang, dong!”. Ia langsung mencium pipi sambil mengeluarkan bunyi, “Muahhh”.
- Ia sudah bisa duduk dengan tegak, menyandar (di perut ayah atau ibunya) lalu tegak lagi.
- Ia bisa ngesot di lantai menggunakan kedua pahanya. Jaraknya jauh dan cukup cepat.
- Ia bisa memegang sesuatu dengan sempurna serta memungut benda-benda kecil.
- Ia makan dengan lahap dan sudah bisa makan dengan tekstur makanan orang dewasa.
- Ia merespons orang yang tersenyum padanya (kalau sedang tidak mengantuk atau rewel).
- Ia merespons ketika dipanggil dan mau sesekali mengikuti arahan.
- Ia senang melihat dirinya di rekaman video dan tersenyum melihat tingkahnya sendiri.
- Ia suka bermain umpet-umpetan dan kaget sendiri.
- Ia mengerti kalau disuruh “Bobok” dengan merebahkan badan di bantal.
Demikian perkembangan W saat berusia 15 bulan.
Nah, menurut beberapa artikel yang saya baca, sebagian besar sudah sesuai dengan yang seharusnya, khususnya untuk kemampuan verbal dan kemampuan sosialnya. Good job, W! Sekarang, PR kita adalah untuk berani melangkahkan kaki supaya bisa berjalan seperti anak-anak lain.
Saya sendiri tidak menuntutnya untuk harus mencapai ini dan itu sesuai keinginan saya. Pasti ada waktunya sendiri bagi dia untuk akhirnya bisa berjalan. Meskipun demikian, tanggung jawab saya adalah mempelajari perkembangannya dan siap sedia jika sudah ada warning untuk melakukan terapi.
Menurut pengalaman saya, terapi bukanlah hal yang buruk. Kami telah melakukannya 3 bulan saat W berusia 6 bulan. Hasilnya, ia bisa tengkurap sendiri dan mengejar sedikit demi sedikit ketertinggalannya. Harapan saya sih, ia bisa berjalan tanpa harus menjalani terapi lagi.
Apakah buk-ibuk pernah mengalami pengalaman serupa soal keterlambatan tumbuh kembang anak? Bagaimana mengatasinya? Sering risih juga nggak kalau ditanya orang lain perihal itu? Bagi pengalamannya, donggg…