Bahayakah Anak Suka Memilih Peran Jahat dalam Bermain – Bermain peran merupakan hal lazim bagi anak-anak. Sangat seru dan penuh imajinasi. Ternyata bermain peran baik untuk ketrampilan dan perkembangan anak. Bahkan seorang terapis bermain juga menggunakan metode bermain peran untuk membantu anak melewati masa sulit dan autisme.
Terdapat 3 cakupan peran yang biasa dimainkan anak diantaranya pekerjaan untuk mengasah empati, fantasi untuk mengasah keberanian dan benar salah, dan kehidupan nyata untuk meningkatkan ketrampilan sosial dan komunikasi. Lalu bagaimana dengan anak kita yang cenderung memilih peran antagonis atau jahat saat bermain apakah akan berbahaya dan berpengaruh pada tumbuh kembangnya? Berikut ulasannya.
Manfaat Bermain Peran untuk Perkembangan Anak
Sebelumnya, orang tua wajib mengetahui manfaat bermain peran bagi anak. Dilansir dari Pbc Expo, berikut manfaat bermain peran.
- Mendorong kreativitas dan imajinasi
Menurut penelitian kapasitas fleksibilitas kognitif anak berkaitan dengan bermain peran. Selain itu bermain peran dapat meningkatkan kreativitas anak, kinerja yang lebih baik di sekolahnya, serta membantu mengembangkan pendekatan dalam penyelesaian masalah dengan berbagai sudut pandang.
- Menambah kosa kata dan keterampilan komunikasi
Ketika anak mendapat kosa kata baru mereka cenderung cepat paham, dengan bermain peran mereka dapat mengaplikasikannya secara langsung. Sehingga membuat anak lebih percaya diri dan terampil dalam berkomunikasi. Hal ini juga berguna ketika mereka belajar menulis dan membaca nantinya.
- Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional
Ketika bermain peran anak berada pada situasi pengaturan sosial imajinatif. Mereka berinteraksi, bereksperimen dengan peran yang diinginkan. Hal ini akan menumbuhkan rasa empati dan karakter yang dimainkan. Sehingga anak dapat mengontrol emosi dan memiliki kendali atas perilakunya. Anak juga mempelajari mengatasi konflik, bekerja tim memutuskan siapa yang bermain peran jahat atau baik.
- Meningkatkan perkembangan fisik
Bermain peran tentu melibatkan fisik, seperti berlari, naik turun tangga, bahkan hanya diam ditempat sambil bermain masak-masakan. Semua itu dilakukan dengan keterampilan motorik koordinasi mata, tangan, dan kaki.
Bahayakah Anak Suka Memilih Peran Jahat dalam Bermain
Bermain peran baik dan jahat bagian alami dari perkembangan sosial dan moral bagi anak. Ketika anak memainkan peran baik dan jahat sebenarnya sedang mencoba kekuatan dari kedua perspektif. Aspek negatif yang menakutkan dari peran jahat dan aspek positif yang menggembirakan dari peran baik. Dari kedua peran tersebut anak akan memiliki kendali atas hal-hal yang membuatnya takut dengan mengalami kedua sisi kekuatan dalam peran.
Anak-anak biasanya akan aktif bermain peran baik, jahat, melawan, pada usia 3 hingga 5 tahun. Bahkan ada yang memulainya diusia 2 tahun tapi tidak banyak. Dan akan berlanjut hingga usia 6 tahun. Lalu apa alasan anak memilih peran jahat? Dilansir dari laman Parent berikut alasan anak memilih peran jahat.
- Kekuatan
Anak-anak tidak menyukai orang jahat karena mereka jahat, tapi karena mereka kuat. Anak-anak sangat tidak berdaya perasaanya mereka cenderung mengikuti apa yang diinstruksikan oleh orang tua, dari makanan, waktu bermain, dan tidur. Melihat peran jahat adalah daya tarik tersendiri bagi anak, mereka membayangkan ketika mereka tidak mengikuti aturan, memiliki kekuatan seperti yang dimiliki orang tuanya mereka berfantasi soal itu.
- Anak belum memahami benar dan salah
Bagi orang tua jelas bahwa perilaku penjahat itu salah, namun berbeda dengan anak yang melihatnya tidak selalu jelas. Anak tidak dilahirkan dengan konsep benar salah tapi dilahirkan dengan emosi yang kuat dan keinginan. Ketika dilarang mereka akan marah dan melakukan perlawanan itu yang mereka tahu. Saat anak melihat TV ada aksi penjahat mencuri mereka tidak paham bahwa sebenarnya yang dilakukan itu sesuatu yang buruk. Disinilah peran orang tua untuk menjelaskan kepada anak.
- Peran jahat berbeda dengan menyakiti orang lain
Kekhawatiran orang tua tentu pengaruh peran jahat yang dimainkan anak akan membuatnya bertindak menyakiti orang lain di dunia nyata. Menurut Dr Thompson bermain peran jahat dan kekerasan adalah sesuatu yang berbeda. Jika anak benar-benar memukul dan marah kepada seseorang hal itu memang terjadi masalah. Namun, membayangkan bahwa dirinya kuat merupakan bagian alami dari perkembangannya menuju dewasa.
Jadi tidak perlu terlalu khawatir bagi orang tua yang melihat anaknya memilih peran jahat saat bermain. Ini bukan tanda bahwa anak kita jahat tapi tanda bahwa mereka merasa tidak brdaya. Hal ini juga isyarat bagi orang tua bahwa anak-anak mungkin membutuhkan sedikit otonomi pada dirinya. Penting bagi orang tua membiarkannya merasa kuat dengan berbuat baik dan obsesi menjadi penjahat hanya sebagai fase belajar.